Jumat, 28 Januari 2011

SEKS PRA NIKAH REMAJA,TREND KAH?

PERILAKU seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.

Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, "Learning by doing".

Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan.

Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.

Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan "cinta monyet" pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.

Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.

Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.

Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.

Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.

Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.

Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya.

Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.[rileks.com]

Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, "Learning by doing".

Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan.

Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.

Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan "cinta monyet" pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.

Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.

Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.

Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.

Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.

Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.

Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya.

Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.

Minggu, 09 Januari 2011

PERHITUNGAN SHU KOPERASI MAJU JAYA

EKONOMI KOPERASI
Pembagian shu
Koperasi Maju Jaya
Jl. Pramuka No.79 Cikarang Barat
467/BH/PAD/KWK.10/XI/96

Menurut AD/ART Koperasi Maju Jaya, rincian pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah sebagai berikut :

• Cadangan : 30%
• Jasa Anggota : 40%
• Dana Pengurus : 10%
• Dana Karyawan : 10%
• Dana Pendidikan : 5%
• Dana Sosial : 5%

SHU /Sisa Hasil Usaha yang dibagikan kepada anggota adalah sebagai berikut :

a).Jasa Modal adalah bagian dari SHU yang disediakan untuk anggota yang bersumber dari
simpanan para anggota,makin besar simpanan anggota pada koperasi semakin besar pula jasa modal yang diterima.
b).Jasa anggota adalah bagian dari SHU yang dibagikan kepada anggota berdasarkan jasa
anggota yang diberikan kepada koperasi

a. Perhitungan SHU (L/R) Koperasi Tahun 2008
Penjualan/penerimaan Jasa 850.700.000
Pendapatan Lain 110.000.000
960.700.000
HPP (320.000.000)
Pendapatan Operasional 640.700.000
Beban Operasional (310.000.000)
Beban Administrasi dan umum ( 20.700.000)
SHU Sebelum pajak 310.000.000
Pajak Penghasilan 30.000.000
SHU Setelah pajak 280.000.000

b. Sumber SHU
SHU Koperasi setelah pajak Rp 280.000.000
Sumber SHU :
Transaksi Anggota Rp 200.000.000
Transaksi non anggota 80.000.000



c. Pembagian SHU AD/ART Koperasi :

Cadangan : 30% x 20.000.000 = Rp 6.000.000
Jasa Anggota : 40% x 20.000.000 = Rp 8.000.000
Dana Pengurus : 10% x 20.000.000 = Rp 2.000.000
Dana Karyawan : 10% x 20.000.000 = Rp 2.000.000
Dana Pendidikan : 5% x 20.000.000 = Rp 1.000.000
Dana Sosial : 5% x 20.000.000 = Rp 1.000.000

d. Jumlah Anggota 32 orang Yang aktif

e. Perhitungan Per anggota
Jasa Modal : 30%
Jasa Usaha : 70%

Tn. Yohan P. = 30% x Rp 700.000 = Rp 210.000
70% x Rp 550.000 = Rp 385.000
Rp 595.000

Tn. Prima A. = 30% x Rp 575.000 = Rp 172.500
70% x Rp 460.000 = Rp 322.000
Rp 494.500

Ny. Siska W. = 30% x Rp 620.000 = Rp 186.000
70% x Rp 320.000 = Rp 224.000
Rp 410.000

Tn. Anton F. = 30% x Rp 425.000 = Rp 127.500
70% x Rp 500.000 = Rp 350.000
Rp 477.500

Ny. Riana S. = 30% x Rp 670.000 = Rp 201.000
70% x Rp 510.000 = Rp 357.000
Rp 558.000

Ny. Indri A. = 30% x Rp 350.000 = Rp 105.000
70% x Rp 710.000 = Rp 497.000
Rp 602.000

Tn. Tono M. = 30% x Rp 330.000 = Rp 99.000
70% x Rp 870.000 = Rp 609.000
Rp 708.000

Ny. Citra R. = 30% x Rp 367.000 = Rp 101.100
70% x Rp 445.000 = Rp 311.500
Rp 412.600


Ny. Della R. = 30% x Rp 576.000 = Rp 172.800
70% x Rp 600.000 = Rp 420.000
Rp 592.800

Tn. Agus K. = 30% x Rp 600.000 = Rp 180.000
70% x Rp 277.000 = Rp 193.900
Rp 373.900

Tn. Imron Q = 30% x Rp 890.000 = Rp 267.000
70% x Rp 440.000 = Rp 308.000
Rp 575.000

Ny. Susi S = 30% x Rp 300.000 = Rp 90.000
70% x Rp 900.000 = Rp 630.000
Rp 720.000

Tn. Denny S = 30% x Rp700.000 = Rp 210.000
70% x Rp 800.000 = Rp 560.000
Rp 770.000

Tn. Ipul O. = 30% x Rp 804.000 = Rp 241.200
70% x Rp 506.000 = Rp 354.200
Rp 595.400

Tn. Indra P. = 30% x Rp 709.000 = Rp 212.700
70% x Rp 660.000 = Rp 462.000
Rp 674.700

Ny. Fauzi N. = 30% x Rp 900.000 = Rp 270.000
70% x Rp 520.000 = Rp 364.000
Rp 634.000

Tn. Dede H = 30% x Rp 650.000 = Rp 195.000
70% x Rp 400.000 = Rp 280.000
Rp 475.000

Tn. Zaki R = 30% x Rp 750.000 = Rp 225.000
70% x Rp 430.000 = Rp 301.000
Rp 526.000

Ny. Intan P. = 30% x Rp 660.000 = Rp 198.000
70% x Rp 700.000 = Rp 490.000
Rp 688.000

Tn. Dedi I. = 30% x Rp 500.000 = Rp 150.000
70% x Rp 800.000 = Rp 560.000
Rp. 710.000

Tn. Bisma T. = 30% x Rp 300.000 = Rp 90.000
70% x Rp 630.000 = Rp 441.000
Rp 531.000

Ny. Lia W. = 30% x Rp 880.000 = Rp 264.000
70% x Rp 400.000 = Rp 280.000
Rp 544.000

Tn. Mahmud = 30% x Rp 509.000 = Rp 152.700
70% x Rp 860.000 = Rp 602.000
Rp 754.700

Tn. Rizky K. = 30% x Rp 450.000 = Rp 135.000
70% x Rp 900.000 = Rp 630.000
Rp 765.000

Tn. Bayu H. = 30% x Rp 635.000 = Rp 190.500
70% x Rp 580.000 = Rp 406.000
Rp 515.500

Ny. Lia A. = 30% x Rp 468.000 = Rp 140.400
70% x Rp 600.000 = Rp 420.000
Rp 560.000

Tn. Fonda A. = 30% x Rp 554.000 = Rp 166.200
70% x Rp 700.000 = Rp 490.000
Rp 656.200

Ny. Thalia = 30% x Rp 980.000 = Rp 294.000
70% x Rp 400.000 = Rp 280.000
Rp 574.000

Ny. Salsa B. = 30% x Rp 600.000 = Rp 180.000
70% x Rp 500.000 = Rp 350.000
Rp 530.000

Tn. Yoga P. = 30% x Rp 750.000 = Rp 225.000
70% x Rp 670.000 = Rp 469.000
Rp 694.000



Ny. Rina S = 30% x Rp 480.000 = Rp 144.000
70% x Rp 670.000 = Rp 469.000
Rp 613.000

Tn. Afif L. = 30% x Rp 800.000 = Rp 240.000
70% x Rp 520.000 = Rp 364.000
Rp 604.000


NAMA : Suci Amelia

NPM : 15209949

KELAS : 2 EA 11